Setiap hari bertemu dengan berbagai macam orang dengan kepribadian dan pemikiran yang berbeda satu sama lain. Sampai suatu ketika obrolan tadi pagi yang benar benar menahan nafas gue seutuhnya. Kalau di bilang belum menemukan hidup seutuhnya, itu benar, tapi bagaimana tentang mencintai peranan hidup di tempat yang belum di cintai seutuhnya?
Universitas menjadi salah satu pembentuk bagaimana mahasiswa itu akan berkompeten, berpikir, bebas dan menjalani segala kreasi yang ada di dalam benaknya. Setuju tapi tak benar sepenuhnya, karena setiap universitas memiliki sebuah kelebihan yang didalamnya tidak dimiliki oleh universitas lain.
Pertanyaan pertama, mengapa terjadi ketimpangan persepsi tentang keberhasilan antara satu universitas dengan universitas lainnya?
Kedua, Bagaimana bisa antara ilmu murni dan kependidikan lebih dominan ilmu murni? padahal harusnya bisa saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain?
Ketiga, Bagaimana membentuk lingkungan yang bisa mendorong akan hausnya ilmu dan diskusi sedangkan lingkungan mayoritas begitu apatis terhadap kemampuan akademisnya?
Terakhir, Bagaimana menjadi seseorang yang mencintai peran hidupnya disaat alur yang diikuti tak sejalan dengan ekspektasi yang dinamakan cita-cita?
Semua memiliki pemikiran berbeda terhadap pertanyaan tersebut, yang jelas, berbagi kegelisahan yang memenjarakan diri selama lima bulan ini membuat melepaskan segalanya. Lalu berharap setiap jawaban bisa meredam kegelisahan yang berujung tali pada warna masa depan masing masing.
Gue sendiri masih belum menemukan potongan jawaban yang sesuai dengan potongan jiwa gue.
December 10th, 2010
Fri. East Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar